Langsung ke konten utama

Kata "BELAJAR"

 

Gambar Buku Boy Candra

Gambar diambil dari buku Boy Candra "Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang"

Foto diatas sebagian kecil tulisan dari buku yang berjudul "Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang" oleh Boy Candra. Disini saya tidak akan mereview tulisan Boy Candra atau secara sengaja menyebarluaskan tulisan atau memposting agar bisa dinikmati oleh pembaca secara gratis. Itu hanya sebagian tulisan yang terkandung, bukan inti dari sebuah buku itu. jika kalian penasaran untuk mengetahui isinya,silakan membeli ditoko buku terdekat. (hanya menyarankan bukan endorse,hehe)
 
Dari Kata "BELAJAR",ketika membaca buku "Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang" saya teringat akan kejadian enam tahun silam.  Disaat detik-detik keputusan sidang tugas akhir skripsi yang sangat dinantikan oleh mahasiswa sarjana disetiap Universitas, dosbing sekaligus dosen penguji berkata kepada saya
"Kamu harus belajar lagi.."
saya kebingungan dengan pernyataan yang terlontar oleh beliau. Saya berpikir bahwa saya harus belajar kembali dari tugas akhir yang saya buat dan mengulang kembali sidang yang membuat saya tak nafsu makan itu. Air mata tak kuasa saya tahan,auto langsung menetes dipipi dan saya berkata pada ibu  Dosen cantik begitu saya menyebutnya
"Saya harus mengulang sidang lagi Bu..".
Beliau melihat saya sambil tersenyum dan berkata
"Belajar bisa dilakukan dimana saja, kamu bisa belajar dimanapun kamu mau, pada lingkungan di sekitarmu bukan hanya pada pendidikan formal".
Untuk meyakinkan jawaban itu, saya langsung berkata 
"Jadi, Saya Lulus Bu..".
"Iya, Selamat kamu Lulus. Tapi kamu harus terus belajar".
Senyum langsung terkembang pada bibir saya saat itu dan berkata
"Iya Bu, saya akan terus belajar. Terimakasih Bu untuk bimbingannya selama ini".
Dengan perasaan haru dan setelah dokumen terselesaikan dengan baik saya melangkah keluar dari ruangan Ibu Dosen Cantik. Di luar ruangan tepatnya di Lobby Fakultas, Sahabat setia saya sudah menunggu kabar baik yang saya bawa. Jika dulu saya hanya peduli dengan pendidikan formal,mana mungkin akan ada seseorang yang menemani saya disaat moment yang saya nantikan ini.

So,belajar tidak hanya pada pendidikan formal. Kalian juga butuh pembelajaran tentang lingkungan sekitar, contoh yang paling sederhana adalah bagaimana kalian belajar untuk tidak menghakimi seseorang dengan pilihannya dan bagaimana kalian bermanfaat untuk orang lain bukan untuk merugikan mereka.

Tulisan ini saya tulis bukan karena saya tidak mendukung pendidikan Formal, karena saya sendiripun hingga saat ini masih haus akan pendidikan dan pengetahuan.

Silakan tinggalkan komentar agar saya belajar memperbaiki tulisan saya. Terimakasih😇 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencoba Berpuisi

 Mimpi Hari ini, esok dan nanti. Kita berusaha mewujudkan mimpi. Yang pernah kita ingini. Mungkin, mimpi ini terlalu tinggi. Sehingga orang lain  melihat kita seakan berambisi. Padahal mereka pernah bilang. Gapailah mimpi setinggi langit. Jika pun terjatuh, Kau akan terjatuh diantara bintang-bintang. Tapi, siapa yang peduli, dengan apa yang mereka pikirkan. Karna kita hanya ingin wujudkan mimpi. Kita hanya ingin membuktikan pada diri sendiri. Kita sedang tidak bermimpi. Hanya saja persiapannya kurang tepat. Membiarkan kesempatan berlalu dengan cepat. Hingga kita tak menyadari sedikit demi sedikit mimpi itu terlepas. Kini, mimpi itu seakan menjauh. Dan  membenarkan anggapan orang-orang. Bahwa kita hanya berambisi. Hingga kita menyadari. Bukan mimpi yang membuat kita berambisi. Hanya, kita belum yakin akan mimpi yang dimiliki. Bukan mimpi yang hanya sebuah keinginan. Tapi, mimpi dengan sebuah perbuatan dan keyakinan mewujudkan. Walau kita seorang  PEREMPUAN .

Tentang Rasa Kecewa

Kecewa.. Kata yang sering kita dapatkan ketika harapan berbeda dengan kenyataan. Memang tidak sedikit kekecewaan akan diterima ketika kita lebih sering berharap pada manusia bukan berharap pada Tuhan. "Sebaik-baiknya harapan adalah berharap pada Tuhan". Terlalu sering berekspektasi pada keinginan kita sendiri, tanpa memberikan toleransi pada ekspektasi  memberikan peluang kekecewaan semakin besar. Bagaimana cara kita dapat  mengontrol rasa kecewa? Pada saat saya mengikuti acara webinar kebetulan yang menjadi pemateri adalah seorang psikolog yang sudah dikenal masyarakat yaitu Mbak Analisa Widyaningrum. Beliau membahas tentang mengendalikan ekspektasi,  yang saya ingat hingga saat ini adalah kita harus  mem berikan toleransi lebih tinggi daripada ekspektasi kita untuk  mengontrol rasa kecewa. Caranya adalah ketika kita memberikan ekspektasi pada suatu keinginan atau apapun itu,  maka  tingkat toleransi akan tidak terjadinya ekspektasi tersebut harus...

W.I.S.U.D.A

source:  IG weloveunej Menurut wikipedia Wisuda adalah upacara peneguhan atau pelantikan bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan. Namun bagi saya wisuda merupakan bentuk apresiasi terhadap diri sendiri dari perjuangan menyelesaikan pendidikan. Setiap orang pasti ingin mendapatkan apresiasi untuk dirinya sendiri dan membagikan momen bahagia mereka dengan kerabat terdekatnya. Entah itu wisuda yang pertama,kedua atau yang keberapa kali pun wisuda sangat dinantikan. Sedikit berbagi pengalaman, pada saat wisuda kedua saya yaitu lulus program pasca sarjana saya tidak dapat mengikuti wisuda. Bukan alasan pandemi tapi karena kondisi saya yang tidak memungkinkan pada saat itu. Saya lulus bulan Juli 2019, setelah mendaftar wisuda pada bulan Agustus 2019 saya sakit  dan harus rawat inap selama 5 hari di RS. Saya mengira kondisi saya akan membaik dan segera pulih seperti biasanya ternyata saya salah pada saat pengumuman jadwal wisuda pun saya belum sembuh juga. Manusia hanya bisa be...

Translate

Baca tulisan lainnya