Halo 2021, bagiku kamu adalah tahun yang sangat spesial. Tahun yang berbeda dengan tahun sebelum-sebelumnya. Jika tahun sebelumnya aku sangatlah rajin menuliskan resolusi yang akan dicapai mulai dari karir, pendidikan dan perjodohan. Tapi kali terasa berbeda. Aku merasa seperti terlahir kembali dari rahim ibuku. Membentuk sesuatu yang baru dalam hidupku, seperti halnya bayi yang masih harus belajar bertumbuh. Aku pun begitu. Aku harus belajar hidup kembali, belajar bertumbuh, kuat, dan berkembang.
Aku harus belajar lagi untuk mewujudkan mimpiku, memulai awal karirku yang baru. Ini sudah menjadi keputusanku memilih bidang yang berbeda dengan pengalaman kerjaku. Setelah pengobatan sakit dengan jangka waktu setahun, aku harus rela dan ikhlas lebih lambat dari teman-temanku yang lain. Aku tak bisa memaksakan keadaan. Aku hanya bisa merencanakan, tapi Tuhan berkehendak menentukan. Sungguh hal ini tidak mudah. Aku tak sekuat yang dikira.
Jika kalian ingin tahu perasaanku, awalnya aku sangat bersedih, selalu berpikir kenapa harus aku yang merasakan ini. Kenapa tak ada kebahagiaan yang bisa aku rasakan, kenapa tak adil untukku. Pada saat itu, aku sangat sangat membutuhkan support, butuh motivasi untuk aku bisa bangkit kembali. Setiap hari aku menikmati sakitku, meminum obat yang sesuai anjuran dokter. Beberapa bulan kondisi tubuhku mulai membaik. Aku mulai berpikir, mungkin ini cara Tuhan memberikan aku kesempatan terlepas sementara dari hingar bingar dunia. Aku mulai belajar rela, ikhlas menerima semua yang terjadi dalam hidupku.
Ternyata rencana Tuhan lebih baik dari rencana siapapun. Dari sakitku, aku belajar untuk mengerti diriku sendiri, mengerti apa yang aku butuhkan, bukan semata-mata hanya hal yang aku inginkan. Aku belajar memahami arti cinta dan perjuangan dari seorang ibu. Aku belajar lebih dekat dengan orang-orang di sekitarku. Aku belajar memahami dan mengerti seseorang tanpa menghakiminya. Aku belajar banyak dari sakitku. Walau itu tidak mudah.
Bangkit dari sakit itu tidaklah mudah. Ada rasa trauma, kecemasan yang berlebihan dan rasa sensitif yang harus dirasakan. Setelah aku dinyatakan selesai pengobatan, aku senang, aku berharap aku bisa kembali menyongsong hari seperti sebelum aku sakit. Ternyata itu tidak mudah. Ada rasa tak percaya diri, rasa insecure, mood yang tak bisa diatur lebih ke sensitif, dan rasa minder dengan yang lainnya. Itu tantangan terberat yang aku rasakan. Tak mudah orang mengatakan sejujurnya apa yang dia rasakan, tak banyak orang yang mengerti hingga aku harus berakhir dengan menunjukkan amarah. Oke, aku butuh berani, dan merasa diri ini berharga. Tanpa bantuan psikiater, lewat media yang aku punya aku belajar memahami emosiku. Alhamdulillah, setelah belajar dan melewati kejadian-kejadian aku mulai bisa mengontrol diri kembali.
Tak hanya itu, aku juga menghindari media sosial. Aku merasa diriku tak lebih berharga dari orang lain. Tak ada sesuatu hal yang bisa aku banggakan. Media sosial memang diperuntukkan kesenangan seseorang,wajar saja mereka hanya membagikan kebahagiaan bukan kesedihan. Beruntung aku menemukan akun seseorang yang menginpirasiku, membuatku menemukan alasanku kembali memakai medial sosial untuk postingan yang berguna. Hingga aku berani belajar menulis kembali.
Terima kasih kamu sudah menginspirasi.
Sekarang aku sudah baik-baik saja. Aku hanya perlu beradaptasi kembali pada dunia yang penuh ketidakpastian ini dan mencoba meredam ego dan amarah.
Resolusiku untuk 2021 hanya cukup berharap tetap sehat, waras, tulus dan ikhlas menjalani semuanya. Tak perlu banyak resolusi yang aku catat, tak banyak keinginan yang aku harap akan terwujud.
Tuhan mempunyai banyak cara untuk menguatkan dan mendewasakan.
Aku berharap 335 hari sisa 2021 aku masih dapat menulis yang lebih bermakna. Semoga selalu ada kabar bahagia yang aku dengar. Hanya kebaikan yang aku harapkan.
Biarkan curhatan ini menjadi postingan pertamaku di 2021 ini. 😇
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih anda sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel pada blog ini.