Ketika itu, Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Melihatmu melalui sebuah aplikasi yang bisa menampilkan foto-foto. Membuka profilmu dan memandangi setiap feed foto yang kamu unggah.
Kamu yang tak tahu akan aku. Mengunggah foto favoritmu. Menggunggah setiap kegiatan yang kamu lakukan, tanpa peduli siapa yang akan melihat postinganmu.
Aku yang mengetahui apa hobimu, apa kebiasaanmu. Mencari suatu hal yang menarik akan dirimu. Kamu yang tak mungkin mengetahui akan keberadaanku dan memang tak mencari tahu akan aku. Aku yang tersenyum ketika melihat storymu. Tak membuang waktu lama untuk segera mengetahuinya. Kamu yang asyik dengan duniamu, terlihat jelas dalam video story itu. Menikmati waktumu bersama teman-temanmu. Aku mencari tahu akan kamu, itu adalah hal yang menarik bagiku. Kamu yang menggeluti hobi dan pekerjaanmu, itu adalah hal yang menarik bagimu.
Aku asyik akan lamunanku akan kamu.
Lalu berpikir, kenapa aku tertarik akan Kamu. Bertemu saja kita tak pernah. Kenal saja kita tak mungkin. Kenapa bisa aku tertarik akan dirimu? Mungkin ini hanya hatiku saja yang salah.
Lalu, aku mulai mencari tahu lagi akan dirimu.
Mencari tahu media sosialmu yang lain, berharap aku menemukan info akan dirimu.
Lalu, Aku berpikir kembali.
Kenapa aku jadi begini, obsesi terhadap seseorang yang tak aku kenal?
Aku bertanya pada diriku sendiri.
Ini tak boleh terjadi. Ini hal yang salah, tak bisa dilanjutkan.
Lalu, aku menceritakannya kepada temanku.
Temanku berkata, "Coba kamu lihat lagi darimana kamu tahu akunnya, bagaimana kamu tertarik akan dia".
Aku diam sejenak dan berpikir, lalu aku menjawab "Aku ingat sekarang alasan kenapa aku tertarik akan dia, tapi aku tak bisa menceritakannya kepadamu."
Temanku menjawabnya kembali, "Bagus, jika kamu sudah mengetahuinya. Baiknya kamu berdo'a dan memintanya baik-baik kepada Sang Pencipta. Jika memang dia yang terbaik buatmu, mintalah untuk didekatkan. Jika dia bukan yang terbaik, mintalah untuk dijauhkan. Allah lebih mengetahui sesuatu yang terbaik bagimu. Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui."
Aku segera menjawab "Itulah jawaban yang tepat, aku akan segera melaksanakannya dan memintanya Pada Sang Kuasa".
Mimpi Hari ini, esok dan nanti. Kita berusaha mewujudkan mimpi. Yang pernah kita ingini. Mungkin, mimpi ini terlalu tinggi. Sehingga orang lain melihat kita seakan berambisi. Padahal mereka pernah bilang. Gapailah mimpi setinggi langit. Jika pun terjatuh, Kau akan terjatuh diantara bintang-bintang. Tapi, siapa yang peduli, dengan apa yang mereka pikirkan. Karna kita hanya ingin wujudkan mimpi. Kita hanya ingin membuktikan pada diri sendiri. Kita sedang tidak bermimpi. Hanya saja persiapannya kurang tepat. Membiarkan kesempatan berlalu dengan cepat. Hingga kita tak menyadari sedikit demi sedikit mimpi itu terlepas. Kini, mimpi itu seakan menjauh. Dan membenarkan anggapan orang-orang. Bahwa kita hanya berambisi. Hingga kita menyadari. Bukan mimpi yang membuat kita berambisi. Hanya, kita belum yakin akan mimpi yang dimiliki. Bukan mimpi yang hanya sebuah keinginan. Tapi, mimpi dengan sebuah perbuatan dan keyakinan mewujudkan. Walau kita seorang PEREMPUAN .
Kecewa.. Kata yang sering kita dapatkan ketika harapan berbeda dengan kenyataan. Memang tidak sedikit kekecewaan akan diterima ketika kita lebih sering berharap pada manusia bukan berharap pada Tuhan. "Sebaik-baiknya harapan adalah berharap pada Tuhan". Terlalu sering berekspektasi pada keinginan kita sendiri, tanpa memberikan toleransi pada ekspektasi memberikan peluang kekecewaan semakin besar. Bagaimana cara kita dapat mengontrol rasa kecewa? Pada saat saya mengikuti acara webinar kebetulan yang menjadi pemateri adalah seorang psikolog yang sudah dikenal masyarakat yaitu Mbak Analisa Widyaningrum. Beliau membahas tentang mengendalikan ekspektasi, yang saya ingat hingga saat ini adalah kita harus mem berikan toleransi lebih tinggi daripada ekspektasi kita untuk mengontrol rasa kecewa. Caranya adalah ketika kita memberikan ekspektasi pada suatu keinginan atau apapun itu, maka tingkat toleransi akan tidak terjadinya ekspektasi tersebut harus...
source: IG weloveunej Menurut wikipedia Wisuda adalah upacara peneguhan atau pelantikan bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan. Namun bagi saya wisuda merupakan bentuk apresiasi terhadap diri sendiri dari perjuangan menyelesaikan pendidikan. Setiap orang pasti ingin mendapatkan apresiasi untuk dirinya sendiri dan membagikan momen bahagia mereka dengan kerabat terdekatnya. Entah itu wisuda yang pertama,kedua atau yang keberapa kali pun wisuda sangat dinantikan. Sedikit berbagi pengalaman, pada saat wisuda kedua saya yaitu lulus program pasca sarjana saya tidak dapat mengikuti wisuda. Bukan alasan pandemi tapi karena kondisi saya yang tidak memungkinkan pada saat itu. Saya lulus bulan Juli 2019, setelah mendaftar wisuda pada bulan Agustus 2019 saya sakit dan harus rawat inap selama 5 hari di RS. Saya mengira kondisi saya akan membaik dan segera pulih seperti biasanya ternyata saya salah pada saat pengumuman jadwal wisuda pun saya belum sembuh juga. Manusia hanya bisa be...
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih anda sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel pada blog ini.